Oleh al-Ustadz Dr. Ismail Akzam,
S.Pd., M.A.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
menjadi sempurna. Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah,
Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa junjungan dan
nabi kita, Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah mencurahkan
shalawat dan salam yang banyak kepada beliau, keluarganya, dan para sahabatnya.
Amma
ba'du, wahai kaum muslimin:
Pada
pembicaraan yang lalu, kita telah membahas tentang pondasi membangun keluarga
bahagia. Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang faktor-faktor yang
menjaga keberlangsungan kebahagiaan ini. Sesungguhnya, kebahagiaan tidak
dibangun dalam sehari, melainkan membutuhkan perhatian dan perawatan yang
terus-menerus.
Pertama:
Kesabaran dan Toleransi antara Suami Istri
Kehidupan
pernikahan tidak lepas dari perselisihan, namun kebijaksanaan terletak pada
cara mengatasinya. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
لا
يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا، رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
"Janganlah
seorang mukmin membenci seorang mukminah (istrinya). Jika ia tidak menyukai
satu sifatnya, maka ia akan menyukai sifatnya yang lain." (HR. Muslim)
Artinya,
seorang suami tidak seharusnya membenci istrinya karena kekurangan pada
beberapa sifat, melainkan ia harus melihat kebaikan-kebaikannya yang lain.
Demikian pula istri terhadap suaminya.
Kedua:
Syukur dan Pengakuan atas Kebaikan
Salah
satu faktor keberlangsungan kebahagiaan keluarga adalah rasa syukur suami
kepada istri dan istri kepada suami. Ucapan yang baik dapat memadamkan api
perselisihan. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
لا
يَشْكُرُ اللَّهَ مَن لا يَشْكُرُ النَّاسَ
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia." (HR. Tirmidzi)
Dalam
hadits lain, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
أُرِيتُ
النَّارَ، فإذا أكثرُ أهلِها النساءُ، يَكْفُرْنَ
"Aku
diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita yang
kufur." Ditanyakan: "Apakah mereka kufur kepada Allah?" Beliau
menjawab: "Mereka kufur (tidak berterima kasih) terhadap suami."
(Muttafaq 'alaih)
Artinya,
sebagian wanita mengingkari kebaikan suami mereka, dan ini dapat menyebabkan
kerenggangan dalam kehidupan pernikahan. Maka, kewajiban suami istri adalah
mengakui kebaikan dan tidak mengingkarinya.
Ketiga:
Meluangkan Waktu Bersama Keluarga dan Menghindari Isolasi
Salah
satu kesalahan yang melemahkan kebahagiaan keluarga adalah kesibukan suami
dengan pekerjaannya sepanjang waktu, atau kesibukan istri dengan media sosial,
yang menyebabkan kerenggangan dalam hubungan.
Seharusnya ada waktu untuk duduk bersama keluarga dan anak-anak, mendengarkan mereka, dan berbicara dengan mereka dengan penuh kasih sayang. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersikap lembut terhadap keluarganya, bercanda dengan mereka, duduk bersama mereka, dan beliau adalah orang yang paling mulia terhadap keluarganya.
Keempat:
Menghindari Penyebaran Rahasia Pernikahan
Salah
satu kesalahan yang mengancam stabilitas keluarga adalah menyebarkan rahasia
rumah tangga, baik oleh suami maupun istri. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda:
إنَّ
مِن أشَرِّ النَّاسِ عِندَ اللَّهِ مَنزِلَةً يومَ القِيامَةِ، الرَّجُلَ يُفضي
إلى امرأتِهِ، وتُفضي إليهِ، ثمَّ ينشُرُ سِرَّها
"Sesungguhnya
di antara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat
adalah seorang laki-laki yang berhubungan intim dengan istrinya, dan istrinya
berhubungan intim dengannya, kemudian ia menyebarkan rahasianya." (HR.
Muslim)
Maka,
kewajiban adalah menjaga urusan pernikahan tetap di dalam rumah, dan tidak
menceritakannya kepada siapa pun kecuali jika diperlukan dan dengan bijaksana.
Kelima:
Saling Menasihati dalam Ketaatan dan Ibadah
Salah
satu faktor terkuat kebahagiaan keluarga adalah kerja sama suami istri dalam
ketaatan, seperti shalat dan membaca Al-Qur'an. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
رَحِمَ
اللَّهُ رَجُلًا قامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فإنْ
أَبَتْ نَضَحَ في وجْهِها المَاءَ
"Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di malam hari lalu shalat, dan membangunkan istrinya. Jika ia menolak, ia memercikkan air ke wajahnya." (HR. Abu Dawud)
Jika
rumah dibangun di atas ketaatan, maka akan dipenuhi dengan ketenangan dan
kebahagiaan.
Penutup
dan Doa
Wahai
saudara-saudara tercinta, kebahagiaan keluarga bukanlah mimpi yang sulit
dicapai, tetapi membutuhkan kejujuran, akhlak yang baik, semangat dalam
ketaatan, dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan.
Saya
memohon kepada Allah agar menjadikan rumah-rumah kita makmur dengan iman, penuh
dengan cinta dan ketenangan, memberkahi pasangan dan anak-anak kita, dan
menganugerahkan kita pergaulan yang baik. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengabulkan.
Saya
mengucapkan perkataan ini dan saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung
untuk saya dan untuk kita semua. Maka mohonlah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya
Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
.png)
0 Komentar